Sunday, April 13, 2025

Leading in the Digital Age

Digital leadership is not about being the most tech-savvy person in the room. It's about creating clarity in chaos, and building systems that empower people to thrive.

Dunia berubah cepat. Tapi dalam dunia digital, perubahan bukan hanya cepat—ia eksponensial. Teknologi bukan lagi pelengkap proses, ia kini adalah jantung strategi. Dan bagi perusahaan yang sudah berdiri puluhan tahun, menavigasi transformasi digital bukan sekadar soal adopsi tools, tapi soal mentransformasikan pola pikir, budaya, dan cara kita melihat masa depan.

Saat saya mulai memimpin Posdigi, saya tahu tantangan digitalisasi tidak cukup diselesaikan dengan membeli platform atau menyewa konsultan.
Yang kami butuhkan adalah keberanian untuk mendefinisikan ulang diri kami sendiri. Bukan lagi sekadar sebagai lembaga keuangan anak BUMN, tapi sebagai enabler ekosistem digital untuk Indonesia.

Saya dan tim mulai membangun tiga pilar utama:

  1. Digital Payment — memperkuat sistem pembayaran agar mampu bersaing secara real-time, seamless, dan berskala nasional.

  2. Digital Channel Aggregator — menjadi simpul distribusi digital yang bisa menghubungkan berbagai layanan publik dan swasta.

  3. Digital Solutions — menghadirkan solusi untuk enterprise dan pemerintahan, dari seat management hingga sistem keamanan berbasis cloud.

Tapi teknologi hanyalah kendaraan. Tanpa pengemudi yang punya mindset digital, semuanya sia-sia.
Maka salah satu langkah paling penting yang saya ambil justru bukan membangun sistem, tapi membentuk tim digital. Saya mencari orang-orang yang bukan hanya bisa mengoperasikan tools, tapi mampu berpikir dengan user-centricity dan kecepatan iterasi.

Kami memperkenalkan budaya “build fast, learn faster.”
Kami coba, gagal, belajar, dan ulangi. Tidak semua inisiatif berhasil, dan itu normal. Tapi yang paling penting: kami tidak berhenti belajar.

Tentu saja, mengubah budaya kerja di lingkungan BUMN bukan hal yang mudah. Ada banyak warisan cara kerja yang kaku, hierarki yang panjang, dan pola komunikasi yang lambat. Tapi saya percaya satu hal: kalau kita ingin organisasi berubah, pemimpinnya harus berubah lebih dulu.

Saya mulai dari hal-hal kecil: mempercepat proses persetujuan, menghapus unnecessary meetings, mendorong diskusi terbuka, dan menghargai keberanian untuk mencoba, bukan hanya hasil akhir.
Saya ingin tim saya merasa bahwa mereka sedang membangun sesuatu yang penting—bukan hanya menjalankan perintah, tapi membentuk masa depan.

Di dunia digital, bukan yang besar mengalahkan yang kecil. Tapi yang cepat mengalahkan yang lambat.
Dan untuk bisa cepat, kita harus gesit secara organisasi, tapi juga kuat secara visi.

Kami juga belajar untuk melihat teknologi sebagai peluang kolaborasi, bukan ancaman kompetisi.
Kami terbuka pada kerja sama dengan startup, membuka akses API, dan menjajaki integrasi dengan berbagai platform publik. Bagi saya, ekosistem digital yang sehat bukan dibangun oleh satu pemain besar, tapi oleh banyak pemain kecil yang mau tumbuh bersama.

Transformasi digital bukan proyek satu tahun. Ia adalah perjalanan tanpa garis akhir.
Tapi hari ini, saya bangga melihat bahwa Posdigi bukan hanya mengikuti zaman. Kami ikut membentuknya.
Bukan karena kami paling canggih, tapi karena kami cukup berani untuk mencoba.

Post a Comment

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search