Tuesday, January 26, 2021

Tentang Konteks Dalam Sebuah Korporasi

Tentang Konteks Dalam Sebuah Korporasi


Memahami konteks dalam sebuah diskusi nampaknya menjadi intangible skill yang harus dikuasai oleh semua leader. Konteks ini artinya memahami message atas runtutan peristiwa yang telah, sedang dan akan terjadi, karena terkadang lawan dari diskusi kita biasanya membawa message tertentu tanpa ngasih tau kita apa message tersebut, jadi kita belajar memahaminya, butuh skill analytical thinking tingkat dewa sehingga bisa memahami alur cerita atas peristiwa/case yang sedang dialami guna menyelaraskannya dengan kepentingan diri kita atau kelompok kita di case tersebut. Sehingga kita gak salah mengambil langkah.

Dalam sebuah korporasi besar ini sangat kerap terjadi, sehingga terkadang jika kita tidak memahami akan konteks bisa berakibat fatal. Cukup berat memang, jika kita ditakdirkan bekerja disebuah korporasi besar apalagi perusahaan tersebut dikuasai hampir sepenuhnya oleh negara, haha. Bahkan saya gak pernah akan istilah semakin atas dan tinggi kita berdiri, maka semakin kencang pula angin yang akan menerpa, ujungnya antara jatuh atau masuk angin. Ini secara harfiah posisi kita akan terus digoyang.

Dari sini pula saya belajar banyak tentang lobby-lobby, office politic, diplomatis, bahkan sampai "konteks" yang saya maksudkan tadi di atas. Belajar dari pengalaman, karena ujungnya sayapun ada dalam situasi itu, mengalaminya, menyaksikannya dengan mata kepala saya sendiri.

Tapi saya pikir, nature ini sepertinya lumrah ya dimanapun. Saya lebih spesifik ke korporasi besar itu karena mungkin kalian juga paham betapa kompleks nya sebuah korporasi besar, sehingga hal2 kayak ginipun jadi makanan sehari2. Bagi seorang leader, konteks ini jadi penting dalam membuat keputusan, karena kita perlu sadar bahwa keputusan seorang leader itu adalah arah kemana korporasi ini akan di bawa.

Jadi, paham kenapa leader itu sebagian waktunya dihabiskan untuk menghadapi hal2 non-teknis seperti ini ketimbang bikin presentasi, haha. Sepengalaman saya, yang ada di kepala ini sudah mikir misal kalo gak A, maka B, kalo gak B maka C, tapi sebetulnya C ini bisa juga dengan A. Tapi, dan seterusnya dan seterusnya. Nah, itu sekarnag yang ada di kepala saya. Saya juga kemudian suka banyak berasumsi, mesti kadang masih mikir dan bahkan pernah baca kalo kebanyakan berasumsi itu tidak bagus. Nanti coba ya saya ulas tentang asumsi di lain waktu.

Yang pasti, kondisi sekarang ini beyond my imagination banget, like unreal, meskipun di beberapa tulisan saya pernah bilang bahwa I prefer to be someone like this ketimbang harus berkutat dengan hal2 teknis yang jadi background saya selama ini, dan kadang masih jadi bayang-bayang ketika berinteraksi atau ngasih arahan ke team. Terlalu jump ke teknis (dan perasaan dejavu banget pernah saya tulis juga sebelumnya omongan ini, haha).

Sampai kapan? Entahlah, saya gak punya rencana lain selain menikmati proses ini. Jadi it could be like 2-3 or even more years from now. Saya ingin menjadi saksi dan menimba banyak ilmu dulu untuk bekal saya masuk ke korporasi yang cukup lean, jauh dari konteks, jauh dari office politic, jauh dari intrik2 kepentingan yang menurut saya imho gak nyaman juga sih, Kita terjebak di pikiran2 yang isinya asumsi dan asumsi, haha. Oiya, biar gak lupa, in the next topic, mungkin saya akan coba belajar memahami lebih mendalam tentang office politic. Pernah saya coba tulis, namun lantas lupa nulis. Tulisan kali ini lebih spontant aja, karena nampaknya saya lupa nulis beberapa hari karena belum ada waktu buat nulis, jd gak nyiapin referensi-referensi dan riset-riset untuk memperkaya tulisan saya jadi lebih ilmiah, kelihatan ilmiah tepatnya, haha.

NB: Sebagai bonus, saya kasih ilustarsi photo si embak2 yang lagi mengang kepala karena pusing. Sama halnya dengan situasi saya ketika nulis tulisan ini :D.

Post a Comment

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search