Friday, November 11, 2022

Menjadi Pembicara di Satu Festival: Digital Imperative: Do More With Less By Microsoft

Menjadi Pembicara di Satu Festival: Digital Imperative: Do More With Less By Microsoft

Genap 1 tahun, November 2022 ini saya menjadi Ketua Klaster Logistik BUMN Muda di Pos Indonesia, selain itu juga ini adalah 2 bulan masa kerja saya sebagai CEO di Pos Finansial Indonesia, anak perusahaan Pos Indonesia dibawah Portofolio Jasa Keuangan setelah saya sebelumnya mengemban amanah sebagai COO selama kurang lebih 1.5 tahun.

Salah satu kegiatan rutin saya setelah menjadi CEO Posfin adalah aktif mengikuti kegiatan seminar baik itu sebagai peserta maupun sebagai pembicara. Contoh-nya saja di November ini, di tanggal 10 November 2022, bertepatan dengan Hari Pahlawan, ada satu event Microsoft yang berkolaborasi dengan Pos Indonesia bertajuk Satu Festival, Digital Imperative: Do More With Less.


Event ini juga bertepatan dengan acara peresmian Posbloc Jakarta yang diresmikan langsung oleh Menteri BUMN Bapak Erick Thohir. Posbloc sendiri merupakan salah satu bentuk transformasi yang dilakukan oleh Pos Indonesia selama kepemimpinan Pak Faizal R. Djoemadi. Posbloc menjadi icon baru di Jakarta sebagai creative hub yang menampilkan karya kreatif dan UMKM asli Indonesia. (Bahkan Starbucks yang dulu pernah ada di eks Gedung Filateli ini sudah gak ada lagi dan digantikan oleh Gerai Kopi asli Indonesia).

Berbicara Peran Kaum Milenial dalam Transformasi Pos Indonesia

Mungkin bagi kebanyakan orang belum tahu kalo Pos Indonesia usianya tahun ini sudah 276 tahun. Perusahaan perseroan tertua yang ada di Indonesia, dan mungkin saja sebanding dengan image yang selama ini masih melekat di masyarakat.

Beberapa bisnis Pos juga sudah sangat dianggap tua dan usang, misal Prangko, Wesel, dll. Dulu produk dan layanan ini sangatlah merajai, sekarang produk2 tersebut sedang berjuang untuk melakukan transformasi agar tetap kekinian dan masih relevan dengan kondisi Masyarakat

Termasuk pegawai-nya yang image masyarakat melihat Pos itu sebagai tempat para orang tua bekerja. Saya bekerja selama 2 tahun di sini sudah sangat terbiasa dengan sebutan itu. Maklum memang, hal tersebut tercermin dari gap atau rentang usia yang bekerja di sini, bahkan gap nya bisa mencapai 10 tahun dari rentang usia pegawai lama dengan pegawai baru yang kita anggap kaum milenial.

Dalam 3 tahun terakhir, Pos Indonesia sudah sangat getol kembali melakukan perekrutan khususnya bagi karyawan-karyawan baru, Milenial ataupun Gen-Z. Tentu saja ini tantangan tersendiri bagi Pos mengingat sekarang ini, Pos Indonesia harus bersaing untuk mendapatkan talenta talenta terbaik dengan Startup dan Korporasi besar lainnya seperti Telco, Bank dll.

“Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menargetkan 5%-10% board of director (BOD) atau pemimpin di BUMN berasal dari generasi muda. Pada 2023 nanti, targetnya akan dinaikkan lagi menjadi 20%”. Apa alasan dan langkah-langkah apa yang dilakukan pemerintah untuk mencapai target ini?


Pos harus stay relevan, bicara mengenai bagaimana pos yang merupakan perusahaan BUMN Tertua di Indonesia, 276 tahun, dan masih exist sampai saat ini. Banyak hal yang dilakukan oleh Pos Indonesia. Bahkan tema ulang tahun Pos Indonesia tahun ini, beberapa waktu lalu adalah untuk 276 tahun yang akan datang. Jadi, kami di Pos Indonesia agar tetap exist (ada) harus stay relevan. Bagaimana caranya, tentu saja melakukan transformasi, transformasi bisnis, dan people serta membangun culture yang berlandaskan AKHLAK.

Pos Indonesia memiliki 5 Portfolio Bisnis:

1. Logistik

2. Kurir

3. Financial Services

4. Property

5. Ancillary

Di mana dalam rangka mensukseskan upaya transformasi di atas, Pos Indonesia dibantu oleh Anak Perusahaan. Dengan strategi parenting-nya, Pos mengamanatkan kepada anak perusahaan agar menjadi agent of change. Dengan harapan, melakukan transformasi di anak perusahaan akan jauh lebih agile, cepat.

Di Financial services misalkan, ada Posfin, di mana saya saat ini bekerja. Di Posfin, kami membangun hal2 fundamental tersebut. Melakukan transformasi bisnis, people dan culture. Di Posfin, karyawannya muda2, seumuran sama saya, meskipun di kami ada juga khususnya di lingkungan management yang millenial akhir atau kolonial. Itu bagus sebagai penyeimbang, di mana anak muda yang serba sat set sat set, serba cepat itu bisa ditahan dan dikasih insight oleh yang "kolonial" ini.

Selain itu, way of work di Posfin sudah going digital, kita menggunakan collaboration tools, menggunakan project management tools, absen online, semua kegiatan dilakukan online.

Selain tools, kita juga mengunakan methodology cara bekerja startup pada umumnya, di mana untuk mengukur kinerja team kami menggunakan OKR (Objective Key Results), bukan lagi KPI. Kami melakukan review setiap minggu, meng-encourage team untuk menentukan objective yang sesuai dengan target perusahaan, dan membreakdown ke dalam aktifitas yang kita evaluasi mingguan, baik itu apa yang sudah dilakukan minggu lalu sampai apa yang akan dilakukan diminggu depan.

Sehingga, kami bisa segera belajar dan memperbaiki setiap kesalahan, atau fails fast. Saya bilang ke team jangan takut untuk gagal. Gagal itu bukan aib.

Kembali lagi ke topik bagaimana Pos ber-transform, beberapa hal yang sudah dilakukan oleh Pos adalah membangun team yang memiliki kompetensi di digtal. Jadi, jangan heran Pos yang dulunya dianggap "tua" literally tua baik dari perusahaan atau orangnya, ke depan Pos bakal banyak orang muda. Bahkan saat ini sudah hampir 51% karyawan Pos itu muda2 semua, dan hampir 100 karyawan baru itu kita rekrut sebagai digital talent ready dengan berbabgai macam kompetensi digitalnya.

Kami begitu concern dengan hal ini, karena kami yakin talenta2 muda di Pos akan menjadi investasi kami untuk menjalankan tujuan perusahaan agar stay relevan, dan bagaimana kita masih bisa bertahan sampai 276 tahun ke depan seperti yang tersirat di tema ulang tahun Pos Indonesia.

Membangun atau memperbanyak talent2 muda di Pos juga merupakan salah satu yang diamanatkan oleh Menteri BUMN Bpk Erick Thohir, di mana beliau menargetkan 5%-10% BoD di BUMN berasal dari anak-anak muda. Bahkan tahun 2024, pak Erick Thohir menargetkan 20% dari talenta2 muda di Indonesia merupakan digital talent ready.

Tips to young leaders : how to balance respect vs authority?

Di dalam sebuah organisasi, jika kita ingin sukses, betul bahwa kita harus memahami hirarki organisasi, itu mirip kayak di militer yang dinamakan rantai komando. Di mana orang yang ada di atas puncak rantai tersebut mengendalikan dan mengarahkan orang-orang yang ada di bawahnya.

Jadi sangat penting sekali membangun sebuah organisasi atau lingkungan kerja yang dapat dipercaya, transparan, kolaboratif, serta memperhatikan kebutuhan team atau karyawan.

Dengan jadi leaders, kita bukan berarti secara otomatis mendapatkan respek, tapi kita harus menciptakan bagaimana kita sama dengan team untuk earned the respect itu. Masih banyak saat ini leaders yang berpikiran konservatif seperti itu, padahal kita menyadari bahwa lingkungan kerja kita saat ini sangat didominasi oleh kaum muda dan milenial yang rasanya mereka itu sangat sulit sekali untuk bisa langsung percaya terhadap orang lain, kita harus buktikan dulu ke mereka sehingga mereka percaya sama kita. Jadi mindset kalo udah jadi pemimpin akan otomatis bakal dihormati itu harus kita lupakan, sekarang era dimana bagaimana kita earn the respect, membangun kepercayaan.

- Seorang pemimpin saat ini harus lebih engaged, ikut turun tangan, daripada mengharapkan orang lain melakukan untuk kita.

- Leaders itu harus menjadi seorang yang mindful ketika sedang memimpin sebuah team atau organisasi

- Leaders perlu fokus bagaimana dia setiap harinya bisa menimbulkan respect dari bawahan

Saya pribadi, meskipun sekarang saya CEO, saya tidak pernah merasa hebat, jadi biasa saja, selalu menujukkan pribadi saya yang sama dengan orang lain. Itulah yang saya lakukan di organisasi agar saya mendapat respek dari team, begitupun sebaliknya, saya juga selalu memberikan respek ke siapapun yang mereka jg memposisikan dirinya seperti yang saya lakkukan, setiap hari bagaimana caranya kita earn the respect from others.

Apalagi di era dimana tingkat ketidakpastian saat ini yang tinggi, leaders dituntut untuk menjadi pendengar yang aktif, penuh perhatian, sabar, dan menghargai masing2 pribadi orang lain dalam sebuah organisasi, dan biasakan jg menyampaikan gratitude ke team atas kerja keras mereka selama ini.

Bagaimana caranya mencapai semua itu, berikut adalah tips2nya:

1. Set the standard, dan lakukan secara konsisten.

Walk the talk, action lebih kuat dibandingkan jargon atau kata2 aja. Kita harus menjadi role model bagi bawahan kita.

2. Jangan takut untuk ambil resiko, jangan takut salah

fails fast, yakinkan team kita bahwa membuat kesalahan bukanlah sebuah kejahatan haha.

3. Dukung penuh team/bawahan yang memiliki potensi

beri kesempatan seluas-luasnya bagi mereka untuk berkembang

4. Kita harus selalu hadir, dalam situasi apapaun

Kita harus hadir dengan penuh semangat, sehingga team selalu merasa aman dengan adanya kehadiran kita.

How do you foster a diverse and inclusive culture in your organization?

1. Transparan

2. Menggunakan bahasa yang inklusif

3. Berbaur / Mingle

4. Menjadi otodidak, pelajari semuanya sendiri dulu

5. Merubah bagaimana kita berinteraksi di social media

6. Menerima Kritikan tentu saja

7. Diversity pergaulan kita, gak pilih2

Post a Comment

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search